Sabtu, 18 Juli 2009

dia yang mereka

Aku melihat air mata yang jatuh dari mata nya yang teduh itu tadi malam. Aku mendengar getir suara nya saat ia menyenandungkan nama tuhan dari bibir nya yang maroon itu semalam. Sesuatu pasti sedang terjadi, dan sesuatu pasti sedang membebani. Air mata ku pun tak kuasa ku bendung. Sisi melankolisku yang selalu terpompa jika ia objeknya. Aku tak pernah mampu menahan air mata ini jatuh, ketika aku mendengar ada sesuatu yang menggores luka di hidupnya. Pikiran ku seketika membenang kusut. Jika ini membantu, Aku rela membuang seluruh cairan dalam tubuh ku untuk bekerja keras dan membuatnya bahagia. Aku berani telanjang dan ditertawakan kalian jika itu mampu menutup malu dirinya pada orang lain. Karena aku tidak mau hadir di dunia jika hanya untuk membuat hidupnya pusing dan repot dengan segala perkara ku. Aku berusaha menyeka air mata yang sudah terlanjur membasahi pipi. Aku harus terlihat lebih kuat darinya. Saat ini aku ingin menjadi air putih yang setidaknya dapat membantunya sedikit lebih tenang dalam bernafas. Dia yang menjadi alasan ku ingin bertemu mentari esok pagi. Dan dia yang menjadi bahan bakar dari kayuhan langkah ku mengejar mimpi. Aku ingin mengelap keringatnya yang perlahan membasahi keningnya. Aku ingin membantunya mewarnai rambutnya yang mulai memutih. Aku juga ingin menjadi pelayan setianya kala hari menelan waktu yang dimilikinya. Aku ingin bersama-sama denganya memakai koko putih saat takbir di fajar fitri berkumandang. Dan aku ingin membuatnya merasa pantas untuk sombong dihadapan orang-orang meski itu tak perlu. Dia yang berarti mereka, mereka yang berarti orang tua. Mereka harus bahagia. Mama harus merasa pantas memakai kain sutra saat esok hari kita melihat pelangi. Papa yang harus merasa pantas memegang tasbih saat azan kota mekah memanggil nya untuk solat. Kalian adalah titik air mata bahagia ku, kalian adalah tiap keringat kerja keras ku. Dan kalian adalah tiap sisi dalam hidup ku. Maaf, aku hanya mampu berdiri disini saat ini. Namun aku akan berusaha melangkah lebih jauh dari langkah yang telah engkau korban kan demi hidup dan nafas ku hingga detik ini.


Air mata yang selama ini kalian keluarkan akan aku ganti dengan senyum tawa bahagia. Segala aral yang beberapa waktu belakangan menghadang, semoga menjadi ilustrasi bagi hidup kita yang diuji. Aku bangga menjadi bagian dari hidup kalian. Aku bangga melihat kekuatan kalian berdiri di tengah tsunami. Aku sayang kalian.

1 komentar: