Selasa, 30 November 2010

Tuhan maha baik..kali ini Ia persembahkan angka kembar kepada ku..

Rabu, 24 November 2010

suka tidak suka, harus sempurna

Rabu, 17 November 2010

a

aku rindu asa..masih kah aku kenal dia di dunia???

Senin, 26 Juli 2010

miris agamis

Seseorang berusaha mengagungkan nama tuhannya, berseru menyerahkan seluruh dirinya pada keanggungan sang kuasa. Merintih bercucur air mata seolah bercerita dirinya telah sepenuhnya mesra dengan jalan-Nya. Namun ini untuk yang kesekian kali. Kemana ia kemarin? Dimana ia kemarin? Sedang apa ia kemarin? Bercengkrama dengan fana dan melupakan sang pencipta. Manusia yang selalu percaya tuhan, namun lupa tuhan itu siapa. Miris.

Sabtu, 24 Juli 2010

merendam diskusi dalam sunyi

Kamu duduk tepat disampingku, dan tak lama aku lajukan kendaraan tak seberapa ini. Selang sekian menit, sapa mu keluar singkat mengupas telinga yang bising oleh mesin kota. “kenapa matahari amat senang menyetubuhi hari” ujarnya. “Hari ini mungkin biasa. Sedikit panas, agak lembab namun penuh arti bila dilihat dengan hati” timpalku. Deru kota kental terlintas. raungan khas mu terdengar pelan membubui. Lingkar kota tak terasa jauh, meski aku tahu kamu lalui penuh keluh.

Kamu tidak banyak bicara, praktis hanya sapaan mu diawal dan beberapa kali suara desah mu menghela nafas. Aku tahu kita diam. Namun sesungguhnya kita bicara. Kamu berkali-kali tersenyum, dan aku berkali-kali terlihat gusar. Itu bentuk interaksi kita yang lebih senang merendam diskusi dalam sunyi. Tak lama kamu bertanya kecil. Aku sudah tahu jelas ini basa basi. ketidak nyamanan terkadang justru membuat mu lucu. Ketakutan mu justru jadi bahan rayuan mu untuk melucuti hati dan mengangkat tangan ku menyerah kalah. medio yang memang mengukirkan sinergi penuh mimpi. Jika kita diikat waktu, bukan berarti kita terikat satu. Dan saat itu kita harus pindah. Termasuk waktu yang hijrah mengiring kita pada dimensi baru yang berbeda.


Aku ingin kamu yang mengajak ku dan aku yang membawa mu bersama memejar lentera, mengupas luka, dan berbagi kue coklat bersama. Ketakutan kita pada celah, kekawatiran kita pada rasa, semua terdiagnosa sejak awal kita bertemu kata. Kebuntuan yang justru membuat kita mengenal arah. Aku sangat senang mendengar mu bercerita. Meski hanya datang disaat hati temukan resah. Kamu amat lincah mengeja penggalan kalimat kata demi kata, disela butir air mata menjuntai cerita. Bagimu hidup itu pucat, bagimu asa itu tidak ada. semua singkat. Sesingkat durasi kita bersama.sebelum kita dijemput malaikat.

Minggu, 13 Juni 2010

jembatan penghubung

aku terhenti. jalan ku terputus, semuanya gelap dihadapan ku.

aku drastis menjadi melankolis secara otomatis. aku harus melanjutkan jalan ku.

yang aku tahu dihadap ku saat ini hanya ada tuhan, dan seseorang yang tidak berani ku sebutkan namanya.

tapi aku yakin dia mampu menjembatani jalan ku. jalan antara otak yang ingin bertemu hati.

menjadi penyejuk antara harapan dan kenyataan. dia jembatan selaras madu.

...

Aku ingin datang ke hadapan mu, lalu menampar mu.
Tujuan ku hanya satu, untuk membuat mu tahu ada aku
.

Sabtu, 17 April 2010

waktu bersama (bersama waktu ) >1


Aku berjalan tanpa ketegasan, mata layu, serta tubuh lunglai seolah lugu tapi dungu. Semua efek kelelahan. Warna langit menghitam seakan bukan undangan untuk purnama turun temaram. Keletihan ku pada situasi kosong tak berisi. Aku butuh sesuatu untuk mengisi. Ku hentikan langkah gontai ku, dan menyenderkannya pada bangku. Pelesiran akhir yang terasa getir. aku raih punggung bangku, ku rangkulkan tangan seolah rindu. Aku pun seketika menghangat. Terasa ada yang kurang memenuhi sisi bangku yang hanya terisi kabut dalam ruang masa waktu. Ketidak normalan situasi yang memaksa hati bertanya iri. Pesona lembut yang terkesan pincang. Biasanya aku habiskan waktu dengan dirinya disini. Bangku ini terkadang menjadi sanggahan dosa serta alas ramah perbincangan. Sudah lama aku dan dia tidak berbagi waktu. Aku dengan timur dan dia dengan sebangsanya. Kita berjalan bersama, berdampingan namun tidak searah. Pesan singkat serta panggilan telpon ku seolah hanya pelengkap absensi kelas mata kuliah wajib. Begitu pun dia, aku hafal jam pesan singkat nya, dan aku mampu mengeja isinya yang 17 karakter. Seolah hp nya memiliki software pengirim pesan otomatis. Di depan ku lewat seorang wanita berlegging merah dengan coat hitam panjang selutut. Aku nyaris menghentikan kayuhan langkahnya dan siap memaksa mulutku untuk menegurnya. Aku sangka itu dirinya. Sembarang wanita saja aku fikir itu dia. Aku dalam posisi rindu dan abu menuju tidak tahu. Ini tidak lagi normatif. Ibarat kopi ini warna putih. Albino dan tidak awam. Perkara kecil macam potong kuku bisa jadi perkara keyakinan yang tak seimbang. Kecil yang tersulap menjadi hal yang sentimentil. ”Ini bukan obrolan kosong ku dengan kamu kan? Karena aku memang seolah bicara sendiri” tanya ku dalam hati. Sering kalimat jawab ku kembali dengan tanda tanya yang bertumpuk. Aku juga ingin tahu cerita tentang si pagi buta yang bertemu rutinitas mu. Toh aku masih dalam status pengikatmu. Jadi aku rasa aku masih punya hak untuk tahu. Aku masih tertarik mendengar teriakan lelah mu saat bertemu jalan buntu di ujung jalan bau yang meski tak pernah kusuka barang sebulu. Perbincangan kita selalu berhenti pada bibir keduanya yang tiba-tiba beku. Sajian makan malam yang seharusnya olahan cerita romansa, hanya menjadi pementasan seni suara persinggungan sendok dan piring masing-masing. Aku hanya mampu mendengar kunyahan mulut mu yang seolah perlahan mengunyah menu. Banyak yang ingin aku ceritakan ke kamu, namun semuanya seketika lenyap tak bersisa. Aku lebih nyaman dengan handphone ku ketimbang harus bercerita banyak pada mu. Aku kembali pada keadaan sendiri dengan bangku serta lampu taman berpendar. Aku pun merasakan relevansi nasib yang sejalan dengan segala hal dalam taman ini, berpasangan meski saling diam. Bangku dengan lampu, pepohonan dengan bunga merona. Begitu pun aku yang berpasangan namun juga diam. Mungkin anjing ras tetangga ku lebih tahu apa yang sedang aku alami ketimbang kamu. kita hanya butuh duduk bersama dan bicara. apakah kita tahu maksud dari kata bersama? Aku rasa jawaban kita akan mengarah pada poros dan ujung magnet yang sejenis. Aku ingin berbincang tentang si boss baru ku yang wajah nya mirip semut. Aku ingin cerita aku baru saja kena copet di karet. Aku juga ingin bercerita kalau tadi pagi perut ku sakit entah sebabnya. Dan aku pun ingin bercerita bahwa aku ingin punya waktu bersama. Aku ingin kita duduk disini setia. Saling merasa membutuhkan waktu dan meluangkan dengan kegiatan mendengar dan bercerita. Bukan tekanan kewajiban tapi kebutuhan. Kita bersama yang sama-sama tahu arti bersama. Kita butuh waktu berbagi kopi hitam atau cemilan malam bersama. Karena aku rasa aku butuh itu sekarang. Aku tidak perlu mengeluh jika memang itu ada. Bersama menyetubuhi waktu berdua.

Kamis, 18 Februari 2010

apakah bisa membuat mu disini selamanya???

”Pasti ada yang ingin kamu katakan! Tidak biasanya kamu seperti ini, seolah linglung. Bibir mu berkali-kali terlihat bergetar seperti ada yang ingin dikatakan. Jika itu menyangkut kita, maksud ku antara kamu dan aku. Mohon katakan! Aku penasaran”. Ujarnya sedikit memaksa. ” kamu tahu, aku sangat mencintai waktu ku belakangan. Hati ku seolah subur bahagia, seperti aku dapat melihat pelangi tiap hari. Nada ku mayor membumbung resonansi. Semuanya merah jambu”. Jawab ku hati-hati. ”Lalu hanya itu??? Aku masih belum yakin”. Sahutnya yang semakin menekan ku. ”aku hanya takut aku hilang waktu. aku takut semua bergegas abu. Aku takut semua yang saat ini telah terisi berubah kekosong”. Jawab ku yang masih hati-hati. ”Aku masih belum mengerti, aku lebih suka yang manifest. Sedangkan kalimat mu dan gerak-gerik mu seakan menutupi sejumlah mega partikel yang metafisis. Bisa kah kamu lebih terus terang?” Kalimat itu masih datang darinya yang belum puas dengan jawabanku. ”Aku sadar ini tidak benar, dan seharusnya tidak terjadi. Tapi aku telah menganggap mu sebagai sesuatu yang selaras. Aku telah mengubah signal manja mu sebagai suatu penjajah hati yang militan. Aku hanya dalam ketakutan saat ini. ketakutan ku tadi adalah kamu. Aku takut tidak ada kamu di sebelahku saat sore mencengkram ku di dalam mobil menerjang kota, aku takut bukan kamu yang mengisi ruang lara ku saat semuanya datang terang . aku takut kamu pergi ketika kamu tahu semua ini. Karena memang toh kamu harus pergi, karena memang keadaannya tidak bisa memaksakan sejalan. Dan memang ini tidak bisa dipaksakan. Jika aku memberi tahu mu, dan membiarkan kamu tahu bahwa aku mencintai mu, apakah itu bisa membuat ku mampu menahan mu untuk tidak pergi? Dan jika memang itu benar terucap, apakah aku akan bisa memiliki mu selamanya??? Aku yakin untuk hal yang satu itu kamu tidak berani janji” lanjut ku padanya. Dan dia hanya diam dan tenggelam dalam air matanya.(if i tell you i love you, can i keep you forever?”casper”)