Sabtu, 21 November 2009

penghalang ku yang mungkin sempurna

”Kesempurnaan mu menjadi penghalang buat ku” ucap ku padanya. ”Kesempurnaan mu seolah memberi jarak bagi ku ke kamu. aku menjadi kecil di hadapan mu yang tergambar besar. Aku lebih baik disini dan membiarkan kamu disitu”. ”Kenapa jadi begitu? Menurut ku kamu terlalu egois untuk dapat menilai ku sempurna” Ujarnya ketus. ”Tapi bagi ku kamu sempurna, dan itu yang membuat aku tetap saja berdiri disini tidak bergerak mendekat. Kamu terlalu jauh, dan aku tak punya daya khusus”, jawab ku memotong. ”Kalo menurut kamu aku sempurna, dan kamu jauh dari sempurna. Mungkin itu lah penyebabnya kamu menjadikan diriku sempurna. Kita jadi kosong sama isi. Jadi bisa saling mengisi dan sifatnya sejati. Jika aku sempurna dan kamu sempurna. Keadaannya menjadi isi sama isi, terlalu majemuk. Tidak ada yang tidak sempurna, dan menurutku itu tidak valid untuk sebuah kesempurnaan. Toh harus ada yang buruk agar terlihat baik kan? Yang kita bicarakan ini kan aku dan kamu. Jadi tidak perlu argumen plural macam, tidak harus ada hitam untuk berkata putih. Jadi dasar mu tadi di awal tidak bisa aku terima. Jika kamu masih saja sama, aku menilai kamu memang lemah. Tidak ada usaha. Dan itu menjadi kan ku bertambah super sempurna dan kamu cacat” dan ia menutup argumennya lalu pergi. Aku pun lantas bingun siapa yang sebenarnya egois? Apakah dirinya yang semakin harus terlihat sempurna atau aku yang telah menilai ia sempurna? Aku masih coba mencerna arah dari argumen terakhirnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar