Sabtu, 12 Desember 2009

konsumtifitas instan


Saat ini aku bagian dari rezim komunis instant. Batang tanam esok buah tanpa akar. Isi kepala hancur oleh obralan paha pelacur. Aku di rezim terdepan dengan semangat juang terbelakang. Kumpulan intisari cosmos modernisasi salah kaprah. Aku bersyukur pernah hidup di fase media idealist. Aku bersyukur pernah jadi bagian kalender kuno pembukus sarapan sampah pagi. Digitalisasi yang terlampir pada lembar depan kepala, hanya sebagai akuisisi tak resmi. Media yang berkembang dalam medio popular. Ini jauh dari populis, otak kalian terinjeksi bualan tinggi demokratis. Aku memang popular dalam arti populis, namun aku popular yang idealis. Aku bagian kreativitas yang terbangun kritis. Aku bukan komoditas pasar yang terangkai oleh kumpulan konsumtifitas masyarakat yang bebas tak punya batas. Karya matang berakar siap disantap pasar. Bukan pasar memanas otak dipaksa kerja tanpa nalar. Aku kumpulan warna-warni yang terulang dalam polah sikap mu yang labil. Kalian budak dan aku sedikit di atas kalian. Sedikit yang berarti mengungguli setiap celah atom yang terisi sindiran nasionalisme yang kini feodal. Otak kalian menggambarkan feodalisme. Kalian masih sangat kolonial ditengah tuntutan mandiri. Kalian di belakang dan membiarkan bagian depan lengang. Dan kalian selamanya tenang dalam gelisah tidur mu yang dihantui setan. Swasta yang kini membungkus setiap sendi sell. Produktifitas yang dikebiri waralaba asing yang iri. Aku mempertanyakan idealisme mu? Aku mempertanyakan fungsi konsumtif asing mu? konsumtifitas mu tak mendasar alias instan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar